January 12, 2022
loading

STRATEGI OPTIMALISASI ADVOKASI (Si OpA)

Posted by    admin

Inovasi layanan publik ini bertujuan menurunkan masalah yang dialami orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di masyarakat diantaranya stigma, diskriminasi, penelantaran, dan pemasungan. Inovasi Si OpA dilakukan pada institusi baik pemerintah maupun non pemerintah dengan menggunakan enam standar pendekatan yang jelas, ringkas dan mudah diaplikasikan melalui focus group discussion (FGD). Hasil yang dicapai dengan inovasi tersebut berupa meningkatnya dukungan dan kekuatan dari pimpinan institusi, lahirnya komitmen bersama untuk mengimplementasikan layanan kesehatan jiwa berupa edukasi, penjangkauan dan system rujukan. Inovasi Si OpA terbukti efektif dalam mengatasi permasalahan ODGJ dan meningkatkan akses layanan kesehatan jiwa.

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) hingga saat ini jumlahnya masih cukup tinggi. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO, 2017 dalam InfoDatin Kemenkes, 2019) jumlah penderita gangguan jiwa di dunia mencapai 450 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 rumah tangga yang memiliki ODGJ mencapai  7 per mil, artinya setiap 1000 rumah tangga ada 7 rumah tangga yang memiliki ODGJ, sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450.000 ODGJ, dimana 40% diantaranya pernah mengalami pemasungan. Indonesia melalui Kementerian Kesehatan menargetkan bebas pasung pada tahun 2014 dan 2017, disambung Kementerian Sosial tahun 2019. Kasus pemasungan ODGJ di masyarakat faktanya masih ditemukan.

 

Kejadian tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kurang optimalnya pengobatan ODGJ, kurangnya kesadaran masyarakat akanpentingnya Kesehatan jiwa, sulitnya mengakses layanan Kesehatan jiwa, serta kurangnya perhatian pemangku kebijakan terhadap layanan Kesehatan jiwa masyarakat. Pemasungan sesungguhnya merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang harus segera diselesaikan.

 

PEMBAHASAN

Permasalahan yang muncul di masyarakat terkait dengan ODGJ memerlukan penanganan yang serius dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan metode yang praktis. Akses merupakan masalah utama yang membuat penanganan terhadap ODGJ tidak optimal. Oleh karena itu harus ada upaya nyata untuk membuka seluas-luasnya akses layanan Kesehatan jiwa bagi masyarakat, khususnya ODGJ. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan suatu strategi program yang baik, di RSJ MM Bogor strategi tersebut diaplikasikan melalui inovasi layanan yang dikenal dengan Si OpA. Inovasi ini bertujuan meningkatkan peran pemangku kebijakan baik di institusi pemerintah maupun swasta dalam menyelenggarakan layanan Kesehatan jiwa. Apabila Si OpA dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan membantu ODGJ dalam mendapatkan haknya untuk memperoleh layanan Kesehatan jiwa sesuai standar. Kasus pemasungan, penelantaran, stigma, dan diskriminasi dapat dituntaskan menuju OGDJ yang pulih, mandiri dan hidup produktif.

 

Si OpA diimplementasikan melalui 6 (enam) strategi khusus diantaranya: 1) identifikasi masalah Kesehatan jiwa di wilayah yang diadvokasi. Mengidentifikasi masalah merupakan Langkah penting yang harus dilakukan sebelum melaksanakan advokasi, karena apabila institusi yang terkait tidak menyadari adanya masalah di wilayah kerjanya maka akan mengurangi motivasi untuk mencari pemecahan masalah. 2) identifikasi kebutuhan layanan Kesehatan jiwa di wilayah yang diadvokasi. Apabila Institusi yang terkait merasakan adanya kebutuhan untuk menyelesaikan  masalah yang dihadapi maka potensi untuk mencari solusi terbuka lebar. 3) Identifikasi kekuatan dan dukungan dari pimpinan institusi yang ada di wilayah tersebut. Semakin besar kekuatan dan dukungan dari pemangku kebijakan maka semakin tinggi potensi keberhasilan inovasi. 4) identifikasi potensi layanan Kesehatan jiwa sebagai solusi penyelesaian masalah. Mengidentifikasi jenis layanan yang selama ini sudah dilakukan oleh institusi terkait yang ada di wilayah akan memudahkan untuk menentukan langkah yang tepat dalam membangun layanan Kesehatan jiwa berbasis budaya setempat. 5) Membangun komitmen untuk mengimplementasikan layanan kesehatan jiwa berdasarkan solusi yang ditetapkan. Komitmen bersama merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan acuan dalam Langkah selanjutnya. 6) Menetapkan rencana tindak lanjut dari kegiatan yang dilakukan . Menjaga kontinyuitas dari apa yang telah diimplementasikan melalui serangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi dan diperkuat dengan adanya perjanjian Kerjasama.

Inovasi Si OpA hingga triwulan III tahun 2021 sudah dilaksanakan di 23 wilayah Kota/ Kabupaten Provinsi Jawa Barat,  6 wilayah Banten, dan 20 Lembaga Kesejahteraan Sosial.  Dari serangkaian kegiatan inovasi ini telah tercapai komitmen bersama untuk melaksanakan kegiatan penjangkauan (outreach) ODGJ. Kegiatan Outreach telah dilaksanakan di 21 wilayah dan 8 Lembaga Kesejahteraan sosial sebagai implementasi dari hasil inovasi Si OpA. Hasil lainnya berupa meningkatnya jumlah ODGJ yang mengakses layanan Kesehatan jiwa di RSJ MM Bogor melalui jejaring yaitu 550 kasus di tahun 2019, tahun 2020 sebanyak 1.240 kasus, dan tahun 2021 sampai triwulan III sebanyak 1.047 kasus  ODGJ.

 

KESIMPULAN

Program inovasi Si OpA mendorong terbentuknya layanan kesehatan jiwa bagi wilayah yang diadvokasi. Komitmen yang dibuat oleh institusi-institusi yang menjadi sasaran akan memotivasi implementasi layanan Kesehatan jiwa. Hal ini terbukti efektif untuk mengenalkan pentingnya Kesehatan jiwa dan fasilitas Kesehatan yang dapat diakses untuk mengatasi masalah Kesehatan jiwa di masyarakat.

 

Pimpinan institusi baik yang pemerintah maupun non pemerintah harus diberikan gambaran tentang masalah Kesehatan jiwa yang berkembang di masyarakat dan memerlukan dukungan kebijakan untuk menyelesaikannya. Kekuatan dan dukungan pemangku kebijakan harus diidentifikasi sebelum merancang strategi layanan Kesehatan jiwa.

 

Si OpA harus direplikasi hingga di fasilitas Kesehatan primer sehingga sumber daya yang ada di masyarakat dapat dilibatkan secara penuh dalam menyelenggarakan layanan Kesehatan jiwa masyarakat. Semakin luas implementasi Si OpA maka diharapkan semakin luas masyarakat yang terpapar dengan Kesehatan jiwa, sehingga dimasa yang akan datan tidak ada lagi kasus diskriminasi, stigma, penelantaran, dan pemasungan terhadap ODGJ. Sebaliknya ODGJ memiliki kemudahan dalam mengakses layanan Kesehatan jiwa yang terstandar menuju pulih, mandiri, dan hidup produktif.

I Ketut Sudiatmika
RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

  • Share to :