Posted by admin
Beberapa waktu yang lalu pemerintah mengumumkan bahwa varian baru Covid-19 yaitu varian Omicron sudah masuk ke Indonesia. Hal ini tentu saja menimbulkan kecemasan akan munculnya gelombang ketiga pandemi Covid-19.
Rasa cemas adalah reaksi emosi yang wajar yang disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak diharapkan yang diasumsikan dapat menimbulkan bahaya.
Rasa cemas akan memberikan respons pada tubuh untuk cepat melakukan perlindungan untuk memastikan keamanan. Reaksi emosi cemas ini positif dan baik apabila dirasakan dan direspons sewajarnya. Tetapi apabila direspons secara berlebihan atau reaktif akan menyebabkan suatu gangguan cemas (ansietas), yang ditandai dengan gejala-gejala :
Seperti Apa Sikap Mental Kita Menghadapi Varian Baru Virus Corona ?
Ada 2 sikap mental yang terjadi, yaitu:
1. Reaktif
Sikap mental yang ditandai dengan reaksi yang cepat, tegang, agresif terhadap keadaan yang terjadi dan menyebabkan kecemasan, kepanikan.
2. Responsif
Sikap mental yang ditandai dengan sikap tenang, terukur, mencari tahu apa yang harus dilakukan dan memberikan respons yang tepat dan wajar.
Ketika seseorang lebih memilih reaktif daripada responsif, maka kehidupan mentalnya akan terpengaruh dan dapat berujung pada gangguan cemas (ansietas).
Sikap mental responsif memiliki 4 tahapan, yaitu:
Kita semua takut dan cemas menghadapi varian Omicron ini tapi takut dan cemas berlebihan akan menyebabkan kondisi mental kita terganggu. Tetap waspada tapi tetap tenang. Hindari juga menyebarkan informasi yang belum kita tahu kebenarannya dan dapat memicu kepanikan karena kecemasan lebih cepat menular dibanding virus itu sendiri. Saring sebelum sharing.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Apabila kita mengalami gangguan cemas (ansietas) segera konsultasikan ke profesional kesehatan jiwa terdekat seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, dokter umum terlatih, pekerja sosial, dan konselor agar segera mendapat pertolongan.
Terapi untuk Gangguan Cemas (Ansietas)
? Psikofarmaka (obat anti cemas)
? Psikoterapi (menguatkan mental dan merubah overthinking)
? Transcranial Magnetic Stimulation (terapi stimulasi dengan gelombang elektromagnetik)
? Neurofeedback (terapi modulasi dengan melatih gelombang otak)
Oleh: dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ – Psikiater RSH dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor