Posted by admin
Peristiwa kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini yang menyebabkan korbannya terluka parah bahkan sampai koma dan meninggal dunia perlu mendapat perhatian serius. Sepertinya orang sekarang ini mudah sekali untuk menjadi sangat emosional dan melupakan pikiran rasional sehingga melakukan perilaku kekerasan yang memberikan konsekuensi buruk bagi kehidupan orang lain, kehidupannya, dan kehidupan keluarganya.
Peristiwa kekerasan yang dilakukan pada seseorang tentunya memberikan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan pada setiap orang yang menjadi korban ataupun yang mendengar dan menyaksikan. Semua manusia yang humanis tentunya setuju bahwa perilaku kekerasan tidak dibenarkan dengan alasan apapun juga.
Sebuah perilaku kekerasan/agresivitas adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi di dalam otak. Apa yang terjadi dalam otak adalah proses neurobiologi yang menyebabkan suatu perilaku kekerasan terjadi? Ada dua bagian penting otak yang berperan yaitu:
1. Top Down (Brake/rem)
Bagian otak di area pre frontal cortex, bagian otak sebelah depan yang berfungsi sebagai pembuat keputusan, kontrol diri, pikiran rasional, logis dan pertimbangan.
2. Bottom Up (Drive/gas)
Bagian otak tengah yaitu amigdala, yang dikenal sebagai sebagai pusat emosi/perasaan.
Di dalam area otak ini terdapat struktur, sirkuit saraf, neurotransmitter (zat kimia di otak) dan proses fisiologisnya.
Kegagalan maturitas dan kerusakan pada sirkuit saraf di otak ini dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada dua area otak tersebut. Bagian otak pre frontal cortex gagal menjalankan fungsinya mengontrol perilaku dan kontrol diri. Bagian otak amigdala menjadi hiper responsif sehingga ada trigger sedikit saja langsung memicu emosional. Ini semualah yang kemudian berujung pada terjadinya sebuah perilaku kekerasan/agresivitas. Ditambah dengan memori yang traumatis yang tersimpan di area hipokampus membuat adanya 'trigger' yang mengingatkan peristiwa tidak menyenangkan dapat memicu kemarahan dan agresivitas.
Faktor-faktor Penyebab Perilaku Kekerasan:
- Faktor genetik dalam keluarga dengan riwayat perilaku kekerasan
- Adanya tumor otak, trauma kepala
- Gangguan metabolik, penyakit fisik
- Pemakaian alkohol, narkoba seperti shabu, ekstasi, tramadol, triheksifenidil, dextrometorphan, ganja, sinthe, dll
- Riwayat menjadi korban perlakuan kekerasan, baik verbal, fisik, seksual di masa sebelumnya
- Menyaksikan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari hari, di rumah atau lingkungan sekitar
- Menjadi korban bullying
- Paparan media mengenai kekerasan, film, games, tontonan youtube, TV, medsos, dll
- Stresor psikososial dalam kehidupan sehari hari (masalah keuangan, pertengkaran, perceraian, pendidikan, PHK, situasi tempat tinggal, dll)
Diagnosis Gangguan Jiwa dengan gejala Perilaku Kekerasan
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V), beberapa gangguan kejiwaan yang ditandai adanya agresivitas/perilaku kekerasan antara lain:
pola suasana hati marah / mudah tersinggung, perilaku argumentatif / menantang dan / atau dengki yang berlangsung enam bulan atau lebih.
Pola perilaku persisten/menetap yang melanggar hak orang lain dan aturan, seperti intimidasi, pencurian, bolos dari sekolah, lari dari rumah.
Ditandai oleh adanya ledakan kemarahan yang sering terjadi dan suasana hati yang mudah tersinggung atau depresi hampir sepanjang waktu.
Gangguan penilaian realitas, tidak bisa membedakan mana yang nyata dan khayalan, ditandai dengan adanya halusinasi (mendengar suara bisikan, melihat bayangan), delusi/waham (ide, pikiran yang salah tdk sesuai kenyataan, misal akan mendapat kekuatan, kehebatan bila melakukan hal tertentu)
Gangguan mood, yang ditandai dengan perubahan mood yang ekstrim dari senang berlebihan (episode manik) menjadi sedih berlebihan (episode depresi)
Gangguan mood yang ditandai dengan mood yang sedih, mudah tersinggung, tidak semangat, energi berkurang, gangguan pola tidur dan makan, fokus, konsentrasi yang menurun dan pikiran tentang kematian.
Sebuah gangguan kepribadian dengan gejala seperti sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain, tidak memiliki empati atau rasa kasihan pada orang lain, tidak mawas diri, dan manipulatif.
Sebuah gangguan kepribadian yang ditandai selalu ingin menjadi yang nomor satu, paling hebat, paling utama, ingin dipuja dan bila ada yang mengambil posisi tersebut maka dia dapat melakukan tindakan kekerasan
Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan/Agresivitas sejak Anak/Remaja
? Temper tantrum
? Berkelahi / tawuran
? Ancaman verbal untuk menyakiti, membunuh
? Agresi fisik pada orang seperti memukul, menjambak, menendang, dll
? Agresi fisik pada benda seperti merusak barang, membanting, menendang barang, dll
? Menggunakan senjata
? Menyiksa binatang
? Bermain api, membakar
? Vandalisme
? Selalu ingin menang sendiri
Adanya perilaku di atas menjadi alarm bagi kita semua bahwa ada 'sistem' yang tidak berjalan baik pada anak ini dan perlu dilakukan intyervensi segera agar tidak menimbulkan hal yang membahayakan di kemudian hari
Pencegahan Perilaku Kekerasan
¤ Hindari anak dari perlakuan kekerasan
¤ Hindari anak menyaksikan perilaku kekerasan di rumah atau tempat lain
¤ Identifikasi dini dan penanganan anak yang melakukan perilaku kekerasan
¤ Monitoring paparan media mengenai kekerasan di TV, internet, medsos, game, video, film
¤ Memperbanyak aktivitas / kegiatan fisik pada anak yang positif, seperti olah raga, musik, organisasi, kerohanian, dll
¤ Komunikasi dan kedekatan orang tua dan anak sangat penting sehingga orang tua dapat segera tahu dan memberikan penanganan apabila anak mengalami perubahan psikologis.
¤ Latih anak keterampilan hidup (life skils), mekanisme koping, manajemen stres dalam kehidupan sehari hari
Penanganan dan Terapi Perilaku Kekerasan/ Agresivitas
? Lakukan perawatan di rumah sakit apabila ada perilaku yang membahayakan
? Pemeriksaan psikologis dan psikiatri yang lengkap
? Psikofarmaka, obat obatan untuk mengontrol perilaku kekerasan anak/remaja, obat suntik dan oral dapat diberikan, yaitu golongan: mood stabilizer, anti psikotik, anti depresan, anti ansietas
? Psikoterapi, merubah pikiran dan perilaku, CBT (cognitive behavior therapy), latihan regulasi emosi, latihan mengekspresikan rasa frustrasi, Parent management techniques (PMT),dll
? Rehabilitasi Psikososial, latihan latihan social skill training, cognitive remediation, Occupational-Vokasional skill training, dll
? Terapi Stimulasi-Modulasi: Transcranial Magnetic Stimulation, Neurofeedback
Pola Asuh Sangat Penting
Orang tua memegang peran penting terhadap munculnya perilaku kekerasan oleh anak dengan memberikan pola asuh yang baik:
- Pastikan anak tidak terpapar oleh berbagai peristiwa/tontonan kekerasan yang dapat mengganggu otaknya sehingga muncul perilaku yang tidak diharapkan.
- Berikan kasih sayang dan miliki ikatan emosi yang baik dengan anak.
- Tingkatkan komunikasi dengan anak sehingga orang tua dapat menjadi tempat anak berbagi saat mereka mendapatkan kesulitan, kebingungan dan frustasi dalam hidupnya.
Sekolah, lingkungan dan masyarakat sekitarpun punya tugas yang sama. Mari kita hilangkan perilaku kekerasan di sekeliling kita. Tebarkan kasih!
Referensi:
Penulis:
dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ
Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial
Pusat Kesehatan Jiwa Nasional (PKJN) RS Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor